LANGKAH KECILKU DI DUNIA BARU
Karya Siti Subaidah (Pembina Green Generation SMP Negeri 3 Balikpapan)
Alhamdulilah, hari ini cerah, setelah beberapa hari Balikpapan di guyur hujan. Langkah kaki kupercepat menuju kelas yang lumayan jauh dari ruang guru, tahun ini aku harus mengajar di kelas 7 karena Kurikulum Merdeka mulai diterapkan. Setiap menuju kelas 7 aku selalu melewati ruang yang entah digunakan untuk apa, kadang mataku meliriknya banyak barang berserakan dan kumuh didalamnya
“Mba Jubai” teriak bu Yudit dari kejauhan. Kaki ku terhenti, kulihat Bu Yudit seorang guru Biologi berteriak memanggilku. Bu Yudit orang yang sangat ku hormati dan ku sayangi selayaknya ibuku sendiri. Banyak pelajaran hidup dan pengalaman mengajar yang selalu dibagikan beliau kepadaku. Mba Jubai adalah panggilan yang diberikannya padaku dan aku suka saja dengan panggilan itu, panggilan yang selama ini tidak pernah kusandang. Padahal namaku Siti Subaidah, dari kecil dipanggil Ida. Tapi tak apalah, toh masih nyambung pikirku.
“Ya...Bu?” jawabku lirih sembari menghampiri beliau penuh tanda tanya.
“Mba Jubai jadi pembina GG (Green Generation) ya” ujarnya. Aku terdiam, muncul berbagai pertanyaan di otakku, kenapa aku? pembina GG? Aku nggak tahu apapun tentang GG, apa aku bisa?
“Mba Jubai nggak usah bingung, ibu bantu nanti, ibu tut wuri aja” ujar bu Yudit ketika melihat ekspresiku yang memang tampak bingung dan merasa ragu dengan tawaran beliau.
“Tahun ini GG akan melaksanakan Jambore Nasional Generasi Hijau, tepatnya bulan Oktober, semua perwakilan dari seluruh Indonesia akan berkumpul di Balikpapan, SMP Negeri 3 Balikpapan menjadi salah satu tempat yang akan dikunjungi karena GG lahirnya di sekoah kita, selain itu juga akan ada penilaian GGA (Green Generation Award) 2022, oya, pelaksanaan HUT GG ke-13 tahun ini juga dirayakan di Sekolah kita, pelaksanaan upacara dan potong tumpengnya” jelasnya panjang lebar. Kembali aku terbingung-bingung, se-Indonesia berkunjung di SMP Negeri 3? Aku jadi pembinanya? Lahir dan perkembangannya saja aku nggak tahu menahu? Bagaimana ini?
“ Maaf....Bu, Apakah ibu Yudit nggak salah mempercayakan tugas sebesar ini pada saya? saya bukan siapa-siapa, saya hanya guru biasa, saya nggak tahu apapun tentang GG?” ujarku sembari menolaknya secara halus.
“Mba Jubai kan guru penggerak, mba Jubai pasti bisa, sudahlah kita sama-sama ya, mba Jubai fokus jadi pembina GG aja, nggak usah jadi pembina pramuka lagi, ya?” ujarnya dengan memohon. Aku pun mengangguk menerima permintaan beliau dengan berpikir keras. Apa langkah pertama yang akan kulakukan? Aku harus mencari informasi tentang GG? GG itu apa? Seperti apa kegiatan Jambore Nasional Generasi Hijau? Semua pertanyaan itu memenuhi kepalaku.
“Ayo, ibu tunjukkan ruang GG.” pintanya. Aku mengikutinya dari belakang. Ternyata ruang yang selalu kulewati dan membuatku penasaran adalah ruang GG. Bu Yudit membukakan pintu dan menunjukkan padaku. Di dalamnya banyak barang-barang berserakan, ada piala-piala usang dan berdebu, pigura-pigura berisikan sertifikat penghargaan yang tak terawat, hasil karya anak-anak yang menumpuk diselimuti debu di dalam rak-rak tua dan usang. Aku mengikuti bu Yudit yang memegang piala unik bertuliskan Green Generation Award. Aku mengamati ukirannya indah dan berbeda dengan piala-piala pada umumnya.
“Tidak mudah mendapatkan piala ini, mba Jubai, penuh perjuangan, perjuangan seorang anak yang bernama Pandu Dharma Wicaksono, murid kita dulu mba, dia anak yang cerdas, anak hebat yang punya talenta, diusianya masih muda belia mampu menggerakkan teman-teman dan orang lain untuk peduli pada lingkungan, bahkan sampai kampanye ke sekolah-sekolah. Sampai akhirnya GG merambah ke penjuru Indonesia dan bahkan sekarang mendunia.” Jelasnya panjang lebar padaku sembari memegang piala yang disebutnya GGA. Aku tambah penasaran. Aku harus mencari tahu tentang GG. Aku tidak boleh mengecewakan bu Yudit yang telah memberikan amanah pada ku menjadi pembina GG batinku. Bu Yudit menyerahkan kunci ruang GG padaku beserta tanggung jawab yang besar.
Aku mulai mencari informasi mengenai GG di google. Namun aku juga banyak mendapatkan informasi sejarah GG, ketua GG dari berdiri sampai sekarang dan perkembangannya dari Mas Pandu. Alhamdulilah, aku mendapatkan no HP Mas Pandu sehingga aku tidak bingung dan kesulitan lagi. Kini aku sedikit banyak paham mengenai GG dan tujuan dari adanya GG. Mas Pandu juga memberikan data-data rekam jejak perjuangannya sejak SMP hingga saat ini di bidang lingkungan. Aku pun menjadi terinspirasi olehnya. Dia orang muda yang berkarya tanpa batas. Berjuang untuk masa depan alam ini bersama rekan-rekannya yang luar biasa.
Hari ini siswa tidak belajar karena ada kegiatan lomba-lomba menyambut hari kemerdekaan sekaligus ulang tahu sekolah ke-60 tahun. Aku jadi punya waktu banyak untuk membersihkan ruang GG dan menata ulang ruangannya. Langkah pertama hari ini aku harus ke toko bangunan membeli cat dinding karena cat dindingnya sudah usang. Warna cat yang kupilih adalah warna favoritku hijau. Hijau membawa ketenangan dan kesegaran buatku. Warna putih juga kubeli untuk plaponnya karena plaponnya juga sudah kusam. Tak lupa aku pun membeli peralatan mengecat. Aku mau mengecat sendiri ruangan ini. Aku sudah biasa mengecat rumahku jadi bisa dibilang punya pengalaman dan hasil kuasan ku tidak kalah dengan tukang cat. Namun, kalau satu hari selesai aku tidak sanggup sendirian. Aku mencari bantuan para pegawai kebersihan. Pak Setyanto, pak Agus, dan Pak Mani. Mereka bersedia membantu mengecat ruang GG. Mereka bertiga kusiapkan kue dan makan siang. Alhamdulilah ....tak kurang 3 jam pengecatan ruang GG selesai. Aku melanjutkan dengan mengecat rak-rak untuk memajang karya anak-anak bersama beberapa orang anggota GG. Mereka selama ini bersama dengan bu Yudit. Jadi akrab denganku karena setiap hari bersama hingga sore hari mendiskusikan tentang GG. Mereka diminta bu Yudit untuk membantuku hari ini. Hari ini sesuai harapan dan rencanaku. Kegiatan pengecatan selesai semua. Tak terasa sudah sore dan semua orang di sekolah ini sudah pulang. Tertinggal aku dan anak-anak GG.
Ide membagi ruang GG dalam beberapa area sudah kurancang dari rumah. Aku ingin ruang GG seperti ruang perpustakaan yang telah ku tata menjadi tujuh area. Ruang GG memang tidak sebesar dan selebar perpustakaan. Tapi tetap bisa ku tata menjadi lima area. Area kerja, area rapat, area pojok literasi, area produksi menjahit, dan area galeri. Setiap area jelas fungsinya. Area kerja untuk kegiatan kesekretariatan aku sediakan komputer dan printer walaupun pinjaman, karena belum punya sendiri, serta ATK. Area rapat untuk berbagai kegiatan rapat pengurus, aku sediakan juga papan tulis. Area pojok literasi untuk meningkatkan minat baca pengurus dan anggota GG. Di pojok literasi ku siapkan rak buku, buku-buku terkait menanam, recycle, kompos, dan lain-lain. Area produksi ku siapkan mesin jahit yang ku ambil dari gudang, mesin jahit baru yang belum dipakai dan mesin jahit warisan GG sebelumnya yang sudah rusak tapi sejarahnya luar biasa, serta meja panjang untuk bekerja. Area galeri menjadi area paling favorit kalau ada pegunjung saat ini. Siapa pun yang datang berkunjung ke ruang GG pasti memilih area itu untuk tempat foto. Area galeri ku pajang semua hasil karya anak GG dan hasil dari pelajaran prakarya yang menggunakan bahan daur ulang. Alhamdulilah, dalam waktu 3 hari ruang GG sudah rapi, indah, dan tertata cantik. Itu pendapat bu Yudit dan teman-teman guru yang datang berkunjung termasuk kepala sekolah ibu Hj. Eny Wahyuni, M.Pd. Tapi aku merasa masih ada yang kurang. Yap... patung manekin untuk memajang hasil jahitan baju dari bahan recycle yang belum ada. Impianku itu mungkinkah terkabul? Alhamdulilah, kepala sekolah membelikan patung manekin. Memang sih. Sempatku ungkapkan keinginan ku itu pada kepsek. Akhirnya kepsek menyiapkan anggaran untuk beli manekin. Kepala sekolah sangat mendukung semua hal yang kulakukan untuk sekolah.
Hari-hari ku sekarang lebih banyak di ruang GG dari pada di ruang guru. Di ruang GG selain tempatku melepas lelah setelah mengajar juga mempersiapkan penilaian GGA yang aku ikuti tahun ini GGA 2022 bersama TIM GG yang telah kubentuk bersama teman-teman guru dalam struktur organisasi GG. Aku dan bu Yudit merancang struktur organisasi GG. Penanggung jawab adalah kepala sekolah, penasihat Ibu Yudit Herawati, S.Pd. Kemudian enam kelompok kerja (pokja) yaitu pokja pengelolaan kompos koordinatornya Pak Suliyono, M.Pd, pokja daur ulang sampah koordinatornya bu Lutfi Ika Sari, S.Pd, pokja pengelolaan kebun koordinatornya Pak Budi Setiono, S.Pd, pokja bank sampah koordinatornya Ibu Yuana Chusnul Chotimah, S.Pd, pokja wirausaha koordinatornya Ibu Eka Marida Astriani Samosir, S.Pd, dan pokja TRIAD Hijau/Isu Lingkungan Ibu Anggun Diah Ayu Nisa, S.Pd. Selain itu aku juga menentukan pembinaan keagamaan koordinatornya Pak Abizar Al Gifary, S.Pd dan Ibu Ainul Madhiyah, S.Pd.I. Sedangkan untuk Kesekretariatan Pak Wawan Eko Yulianto, M.Pd, Ibu Lutfia Muhabbatul.M, s.Pd dan Ibu Maya Sari.A, S.Pd.
Aku berpacu dengan waktu. Setiap hari sangat berharga. Setiap hari aku, pengurus, koordinator pokja, dan anggota GG melakukan kegiatan. Pelatihan-pelatihan, praktik-praktik, pembuatan video profil GG, semua pokja bekerja sesuai program kerja. Aku merancang Visi dan Misi GG, Program Kerja GG dalam jangka pendek, menengah dan panjang, serta mendesain bendera GG. Alhamdulilah, aku punya tim yang solid. Mereka siap bekerja bahkan sampai magrib di sekolah. Pak Abizar yang sudah kuanggap seperti anakku sendiri, karena usianya kurang lebih anakku yang saat ini sedang kuliah. Pak Abizar PNS termuda yang cekatan dan mau membantu apa saja tanpa pernah mengeluh. Abi panggilanku padanya. Dia dan Pak Wawan pintar IT sehingga aku selalu berdiskusi pada mereka berdua tentang berbagai hal terkait IT. Pak Wawan membantu ku membuat video profil GG karena harus di upload pada semua link media sosial yang di miliki Green Generation Tectona Grandis. Itu nama GG SMP Negeri 3 Balikpapan yang kami pilih hasil diskusi dengan kepala sekolah. Beliau ingin menggunakan nama latin tanaman Jati Emas. Filosofi GG Tectona Grandis adalah Generasi hijau yang memiliki karakter kuat untuk terus peduli dan berbudaya lingkungan dan menjadi generasi emas Indonesia 2045.
Waktu yang ku miliki bersama tim untuk GGA 2022 tidaklah banyak. Tapi kami tak pantang menyerah. Kami melakukan apa pun yang kami bisa lakukan. Minggu depan adalah waktunya sekolah kami bersiap menyambut tim verifikasi. Tepatnya tanggal 5 Oktober 2022. Kami sudah mempersiapkan apa saja yang harus kami siapkan untuk penilian GGA 2022. Kami sudah berusaha dengan baik, sisanya ku serahkan pada Tuhan yang maha segalanya.
Perjuangan mengikuti GGA 2022 adalah awal sekaligus langkah kecilku di dunia baru. Dunia yang tak pernah kujelajah sebelumnya. Dunia yang mengajak kita untuk peduli dan berbudaya lingkungan, kapan, dimana, bagaimana, dan dengan siapa pun. Semua untuk alam dimana kita tinggal, hidup dan berkembang. Untuk anak cucu kita. Kalimat itu sudah digaungkan sedari dulu. Namun harus ada aksi nyata bukan hanya kata-kata. Ku tak ragu lagi menjelah di dunia baru ini. Kalau bukan sekarang kapan lagi, kalau bukan kita siapa lagi. Lestari alam ku maka sehat jiwa dan raga ku.


