Waktu, waktu, terus berjalan. Malam ke siang, siang ke malam, begitulah siklusnya. Terus-menerus tak henti-hentinya. Berbagai kejadian terus menerjang bagai air hujan yang tak terkira jumlahnya. Seperti waktu yang berjalan pula. Tak henti-hentinya. Susah, senang, sedih sudah dirasakan. Sudahkah Anda sadar dengan apa yang terjadi selama itu? Bukankah ada sebuah petunjuk dibaliknya? Sebuah arahan menuju lebih baik? Sadarlah…! Sadarlah…!!!
…
Eits, halo, halo…? Halo? Santai saja dong bacanya. He-he. Pasti Anda serius ya membacanya? Oke tak masalah. Tadi hanyalah preface saja, sebagai permulaan untuk cerita saya kali ini.
Berbicara dari topiknya saja sudah pasti paham, ya? Yap…, pengalaman! Itulah sebuah kata simpel namun bermakna sangat mendalam. Siapaun pasti punya pengalaman. Tak lain juga saya pribadi. Banyak, dan pasti banyak. Tak terhitung sudah ada berapa.
Baiklah, langsung saja kalau begitu. Oke?
Tulisan ini saya dedikasikan tak lain kepada keluarga besar yang sudah bersama saya dan sudah seperti saudara selama ini (ceilah).
Ya, of course dan tak lain lagi Green Generation, biasa sih disingkat GG. Organisasi yang tak hanya sekedar dibilang organisasi. Lebih dari itu. Organisasi yang berdiri 7 tahun yang lalu ini (terhitung dari Agustus tahun 2016), sekarang telah bertambah beberapa bulan (sekitar dua kali umur jagung-sekarang bulan Februari) dan terus bertambah usia. Organisasi yang berawal dari seorang siswa di Sekolah Menengah Pertama di Balikpapan, munculah ide dari suatu keisengan, karena juga keprihatinan terhadap pemuda lainnya saat itu. Berbagai rintangan ditaklukkan demi tercapainya sebuah harapan, GG yang menyusup dan mengikat para pemuda untuk melestarikan lingkungan. Ini semua bisa terwujud berkat kerja keras dan pastinya “pengalaman”. Karena pengalaman, menjadikan kita lebih bisa belajar menjadi lebih baik. Pengalaman lah yang memberikan itu.
Jika mau lebih lengkapnya seperti apa perjuangan mendirikan GG hingga bisa seperti sekarang, monggo, silahkan, buka halamannya Mas Pandu, ya. He-he.
Balik lagi ke pengalaman pribadi saya, oke? Cerita ini diawali dari ketertarikan saya pada yang namanya GG. Karena selama saya masih duduk di bangku SMP, sering banget denger yang namanya GG. Waktu itu saya SMP-nya adalah sama dengan Mas Pandu juga. SMP Negeri 3 Balikpapan (biasa disebut SEGA, sebagai singkatannya). Sekolah yang pasti adalah “akar” dari GG. Namun yang menyedihkan, saat saya masuk ke SMP, eh, malah Kak Pandu lulus pas saya masuk. Yah…, jadinya nggak bisa ketemuan, deh.
Tapi, pas duduk di bangku SMP, ketertarikan itu masih terpendam, belum muncul ke permukaan. Alias masih lalu-lalang, lewat-lewat di perasaan aja deh.
Tiga tahun terlewati dan akhirnya SMA menjadi the next destination saya untuk belajar. Lagi-lagi, SMA yang sama dengan Mas Pandu! Dan lagi-lagi saya masuk, kakaknya lulus. Tapi tak masalah.
Ambisi untuk join dengan GG makin mencuat. Festival ekskul tahunan yang diadakan dalam rangka mencari kader baru untuk setiap ekskul maupun organisasi di sekolah itu. Karena tampa regenerasi, ekskul maupun organisasi susah bahkan tak berkembang karena tak adanya penerus. Tanpa pikir panjang, sayapun menelusuri stand-stand ekskul disana. Alhamdulillah, ada GG saat itu. Tampa pikir panjang, langsung aja tulis nama dan bubuhkan tanda tangan di daftar lembar. Akhirnya bisa juga nih join GG.
Selang seminggu, kami para calon anggota dipanggil untuk berkumpul. Melalui pengumuman lewat pengeras suara, bergegaslah kami menuju lapangan sekolah. Beberapa arahan mulai dipaparkan. Kakak-kakak dari GG SMANSA membimbing kami dengan sangat mantap apa saja kegiatan dan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Tak lupa juga kami diajak keliling sekolah. Lalu diadakan pelantikan resmi anggota (untuk menjadi anggota resmi) dua minggu setelahnya.
Tentunya sebuah kebangaan dan kepuasan tersendiri bisa gabung dengan keluarga besar GG SMANSA. Dari semula saya yang pemalu dan orangnya tidak pe-de-an, menjadi lebih terbuka dan mudah bersosialisasi karena sering tampil didepan atau bekerjasama dengan yang lain. Lagi-lagi, pengalaman memberikan saya ini.
Pada suatu hari, ada kabar bahwa kak Pandu akan melakukan kunjungan ke GG SMANSA. Ya, ini pertama kalinya saya bisa bertatap wajah secara langsung dengan sang figur utama GG. Senang campur tegang, langsung saja tampa basa-basi tanya-tanya dan sharing tentang GG. Terima kasih, pak! He-he.
Saat itu pula, saya mulai tertarik dengan yang namanya desain-mendesain. Awal mulanya saya juga tak tahu kapan pastinya. Tetapi, karena merasa punya bakat itu, saya gali, deh. Acara yang diadakan oleh GG SMANSA membutuhkan desain. Mulai dari spanduk, undangan, poster, dan lain-lain. Acara itu bernama “Nostalgia Hijau”. Dari sinilah desain saya dimulai.
Bingung dengan desain apa yang mau dibuat, karena masih pemula, saya benar-benar bingung mau buat bagaimana. Dan…, aha! Dengan ide alakadarnya, saya mulai mendesain. Dan hanya berbekal PowerPoint, mulai corat-coret, gerak-gerakin mouse, cari warna sana-sini. Benar-benar tak terlupakan.
Pengalaman masih memberikan kebaikannya untuk menjadikan diri saya lebih baik. Rasanya tak maksimal desain pada saat itu. Tapi…, tetap haruslah disyukuri.
Dari situlah, semangat desain itu membara dan membara. Masih saja sih begitu-begitu saja. Banyak proyek desain untuk GG SMANSA kala itu, yang sulit untuk disebutkan satu-persatu. Cukuplah stabil untuk desain saat itu.
Di tengah-tengah perjalanan saya di kelas X saat itu, diumumkan bahwa pendaftara untuk menjadi panitia Green Generation Awards (GGA) 2015, yang juga merangkap acara perdana GG, Jambore Generasi Hijau (JGH) 2015. Kedua acara itu murni GG yang mengadakannya. Bisa dilihat dari struktur kepanitiaannya, semua adalah anak GG. JGH yang perdana saat itu memang menjadi sebuah warna baru dalam GG.
Pendaftaran dibuka, saya pun mendaftarkan diri sebagai panitia. Sesuai bakat tentunya mendaftarkan sebagai tim kreatif. Alih-alih ingin mencari hal baru, mengasah kemampuan, mencari teman, dan banyak lagi. Lebih dari itu. Acara diadakan pada bulan Agustus 2015.
Waktu terus bergulir, kenaikan kelas pun diumumkan. Alhamdulillah, saya naik ke tingkat berikutnya. Sebuah rahmat dan anugerah-Nya saya bisa naik ke kelas XI. Masih setia memilih lintas minat Geografi. Masih bersama GG pula pastinya.
Awal Agustus datang. Rapat persiapan acara meningkat, bertambah padat, dan makin sengit. Segala persiapan dimaksimalkan. Masih ke saya tentunya, desain-desain makin padat dan banyak. Saat itu saya bersama dua orang lainnya sebagai desainer juga, yaitu Ibra dan Arrifani. Mereka adalah adik kelas saya di sekolah yang sama pula.
Ternyata, saya yang masih menggunakan PowerPoint untuk mendesain, mereka, wah! Tak disangka. Ternyata mereka menggunakan aplikasi yang asing bagi saya, namanya Sotosop, eh, Photoshop maksudnya. Wkwk. Spanduk, poster digital untuk media sosial, proposal, undangan, kit acara, merekalah yang mendasainnya. Saya pun diam dan belum bisa ngapa-ngapain. Karena, ya begitulah desain saya masih. He-he.
Acara pun dimulai tanggal 19 Agustus. Kami bergegas menuju Venue Dayung, Waduk Manggar, sekitar 20 km dari pusat kota Balikpapan. Lumayan jauh.
Bertindak sebagai tim kreatif, juga membantu dokumentasi, tentu sebuah pekerjaan yang bisa dikata oleh orang lain ringan, mudah, dan kecil. Namun dari semua itu, tentunya berbalik. Ngikut kemana saja peserta jalan atau kunjungan, kami harus mengikutinya. Lari sana-sini, jeprat-jepret, ilangin malu didepan umum karena lalu-lalang didepan mereka, kadang buat tak nyaman. Hamtam saja, lupakan itu.
Setiap kali pulang ke basecamp kami, di Waduk Manggar. Import foto atau video menjadi hal wajib. Begadang pun menjadi hal biasa karena editing video malam bisa dilakukan.
Pada suatu malam disana, kami mendapat super pressure untuk desain.
“Bangun, bangun, bangun!!” kata Mas Pandu saat itu dengan nada agak tinggi. Mata kami sayup-sayup. Kami bertiga pun kaget. Karena ternyata, desain sertifikat untuk JGH dan GGA belum selesai di H-2 puncak acara! Tentu kejar tayang yang sangat kilat harus dilakukan. Benar-benar lelah yang luar biasa. Semalaman benar-benar berkerja.
Puncak acara adalah saat malam penganugerahan GGA 2015. Bertempat di Gedung Kesenian Balikpapan, yang sudah tiga tahun ini dipakai “hajatan” terbesar GG itu. Di kesempatan kali ini kami bertindak di belakang layar sebagai operator panggung. Acara pun berlangsung, dan tentunya mendapat sambutan dan kesan yang sangat baik dari para hadirin dan peserta JGH 2015 dari seantero nusantara.
“Acara luar biasa, GG sangat hebat. Terus maju pantang mundur.” Ujar salah satu hadirin saat itu.
Saya pun belajar dari acara ini, dan semangat mendesain dan tentunya bergerak bersama GG pun meningkat drastis. Saya pun pada akhirnya diajak oleh Mas Pandu untuk bergabung di keluarga Besar Istana GG-sebutan untuk kepengurusan pusat GG. Saya pun menerima tawaran itu.
Masih saja pakai PowerPoint untuk mendesain, partner desain terbaik saya kala itu. Berbagai desain saya mulai dari poster digital hari-hari besar, kadangkala ada aja job desain nyungsep diantara padatnya desain. Biasanya sih ya masih dari Mas Pandu. Entahlah, desain buat apakah itu. He-he.
Gambar : Desain karya Gilang saat pertama bergabung di Istana GG dan masih menggunakan Power Point untuk mendesain.
Tapi seringkali, saya kelupaan dengan yang namanya hari besar itu jatuh tanggal berapa. Sehingga seringkali malam sebelum peringatan baru ingat, dan seringkali sih diingatkan malahan. Sampai sekarang masih sering begitu.
Coba-coba pakai Photoshop dimulai, karena penasaran. Tetapi masih saja kesulitan. Saya ingat waktu itu pertama kali pakai Photoshop untuk desain poster ucapan “Hari Pohon Sedunia 2015”. Masih terkesan kaku.
Gambar : Desain Pertama Gilang Menggunakan Photoshop
Dari desain pertama Photoshop itu, mulailah era baru dibuka. Aplikasi sebelumnya mulai ditinggalkan. Ganti yang baru dan berbeda.
Berbagai desain sudah dibuat, berbagai hari besar dilewati. Tahun 2016 datang dan membuka lembaran baru. Berkat semangat dan antusiasme terhadap desain inilah menbuat semangat mengasah keahlian desain-mendesain. Semakin hari makin berkembang. Pengalaman sebelum-sebelumnya, menjadikan semangat dan usaha yang sangat masif. Desain menjadi makanan saya sehari-hari (tapi bukannya setiap saat juga ya, karena ada kegiatan lainnya tentunya).
Tahun 2016 ini akan menjadi tahun perkembangan GG yang sangat pesat. GG makin banyak dan menyebar ke berbagai daerah di Indonesia. Seperti kata Mas Pandu “Mengakar Kuat, Menjulang Tinggi” seperti halnya pohon yang terus tumbuh. Jutaan partisipan telah diraih saat itu, satu juta lebih anggota GG di seluruh Indonesia. Wow!
Tahun ini akan menjadi tahun JGH ke-2. Kota Mamuju bersedia menjadi host city JGH tahun itu. Dan dalam benak saya “Ayolah, ini akan menjadi JGH yang lebih dari yang lalu!” Benar-benar sangat membuat saya penasaran.
Tahap pertama adalah pembukaan registrasi peserta, dan saya ditugaskan membuat desain untuk poster pengumuman dan pembuatan formulir yang juga berkoordinasi bersama Kak Rafli Rezatama dan Dyah Aulia untuk konten formulir.
Mas Pandu bilang ke saya masih banyak lagi desain yang harus dibuat. Masih sama kaya JGH 2015 kemarin, spanduk, poster, kit peserta, proposal, dan lain lain. Photoshop menjadi kawan kerja saya kali ini.
Dan, kali ini saya tak sendirian dalam mendesain. Datanglah yang juga masih adik kelas saya di sekolah. Ya, namanya adalah Hisyam. Kami berdua seringkali bertemu untuk mengurusi masalah desain-mendesain dalam rangka persiapan JGH 2016 yang merangkap pula Pandawa Enviromental Awards 2016, supremasi tertinggi nasional untuk para tokoh dan GG dari seluruh Nusantara.
Untuk desain di JGH 2016 ini sudah dikatakan cukup baik, dan tentunya lebih banyak dari tahun sebelumnya.
Tentunya, dari semua itu, saya tak pernah menyangka sebelumnya, bakal sangat hobi desain-mendesain. Itu semua berawal dari yang namanya GG. Ketertarikan untuk melestarikan dan menjaga lingkungan yang datang dari dalam hati saya, ternyata juga membawa diri saya untuk menggeluti dunia desain. Ya, itulah GG. Tak tahu apa yang akan didapatkan nantinya, dan ternyata akan terjawab sendiri. Sebuah usaha dan jerih payah yang bisa terbayarkan dengan maksimal.
Tetapi, janganlah puas dengan apa yang telah didapatkan atau diraih saat ini. Karena diatas awan pasti akan ada awan lagi, daki dan dakilah terus.
Berkat inilah, saya ingin menggali terus dunia desain. Rencana saya untuk belajar di jenjang berikutnya mengarah pada desain, tak jauh-jauh dari sana. Karena saya merasa ini sangat cocok untuk saya.
Pengalaman, ya, dia adalah guru terbaik menurut saya. Pengalaman sedih, senang, dan mengharukan menjadikan saya bisa belajar untuk kedepannya. Desain yang semula alakadarnya, GG yang bisa sebesar ini, menjadi bisa seperti saat ini, melaikan karena dia, PENGALAMAN.
Terus berdoa dan berharap kepada-Nya.
Terus berusaha dan belajar.
Teruslah berkembang Green Generation.
Sebuah kebanggaan bisa bertemu denganmu, GG.
Dan ingin masih terus bersamamu, keluarga besarku.