About Me

header ads

SIHIR GG - Kadek Rama Saputera

 

SIHIR GG

I Kadek Rama Saputera

(Ketua Green Generation Balikpapan 2015)

 

Satu tahun, bukanlah waktu yang singkat untuk dijalani dalam berorganisasi. Terutama, melewati segala tanjakkan dan lonjakan yang terjadi pada sebuah badan organisasi. Namun, siapa sangka bahwa organisasi yang saya jalani ini kadang bisa menjadi tempat curhat, tempat bermain, dikenal dan mengenal banyak orang.

Berawal dari sebuah kesenangan untuk bermain bersama teman-teman, ketimbang berorganisasi, saya bersama kawan SMP saya, diminta untuk untuk mengikuti seleksi masuk menjadi pengurus Green Generation Balikpapan. Saya tahu, niat yang terpaksa ini akan menghantarkan saya kepada hal yang tak menyenangkan nantinya. Namun, siapa yang tahu, hasil seleksi menujukkan saya lolos menjadi anggota Green Generation Balikpapan.

Sebuah memori yang tak terlupakan hingga saat ini, masa kecil dulu, saya selalu berpikir akan seperti apakah masa smp saya kelak, dengan keadaan pemalu dan sulit untuk terbuka akan sekelam apakah masa SMP saya. Tentunya, ketakutan ini masih menghantui jejak perjalanan saya selama menjadi anggota Green Generation Balikpapan pada masa SMP. Sehingga, setiap ada kegiatan, saya tidak mengikutinya dengan baik.  

"ayo tmn2 hari ini kita ada jadwal main bulutangkis, yang mau ikut langsung datang ke daerah sepinggan ya",  Ujar ketua Green Generation pada saat itu kak Ade Mansoer via sosial media yang dahulu belum semua memilikinya. Selalu ada saja cara tim GG membuat para anggotanya untuk ikut kumpul walau sekedar tatap muka bukan di lingkaran meja rapat. Rasa ingin untuk mengikuti kegiatan itu sangatlah besar, ditambah lagi hobi olahraga yang saya sukai adalah bulutangkis. Namu apa daya, Sang pemilik surga dibawah telapak kaki alias ibu saya telah memblokade keinginan untuk bermain jauh dari rumah. Setiap ada kegiatan rapat di salah satu sekolah yang jauh dari rumah ada saja alasan ibu tercinta untuk membatalkan niat mengikuti rapat. Mulai dari masakkan yang sedap dibuatnya,  tawaran untuk pergi jalan-jalan, hingga alasan tak bisa mengantar ke tempat rapat. Singkat cerita, motivasi untuk mengikuti GG dengan baik pun kandas karena terlalu gampang tergoda pada waktu itu. Berakhir dari kelamnya kisah organisasi masa SMP, dimulailah lembar baru di masa menengah atas.

Putih abu-abu saya tafsirkan dahulu sebagai masa dimana bukan abu-abu lagi yang mendasari pemikiran kita, melainkan kita harus memilih antara hitam atau putih. Maksud dari semua itu adalah tidak akan ada lagi bekerja setengah-setengah, dan pekerjaan yang tak tertuntaskan. Berangkat dari motivasi itulah saya mencoba memilih minat dan bakat yang tepat untuk saya kembangkan selama di SMA.

Pilihan saya jatuh kepada organisasi Eco Youth di SMAN 1 Balikpapan. Hari kumpul pertama pun tiba, seluruh siswa yang terdaftar menjadi calon anggota dan pengurus diarahkan masuk ke ruangan untuk bertemu dengan kaka-kaka kelas yang menjadi pengurus Eco Youth pada waktu itu. Tak disangka, apa yang saya lihat? Orang yang sama yang pernah bergabung dalam Green Generation Balikpapan waktu saya SMP dahulu. Sontak saya teringat akan GG masa SMP. Mungkin memang ini yang saya sebut petunjuk dari Tuhan sekaligus sihir GG.

Pemaparan dari kaka-kaka kelas pun berlangsung. Sempat dijelaskan pula, bahwa Eco Youth menjalankan program Green Generation Balikpapan. Setelah pemaparan, terpilih lah satu ketua Eco Youth baru dari angkatan saya. Dan ketua Eco Youth pada waktu itu, jatuh kepada saya.  Rasa senang, dan bangga karena masih duduk di bangku kelas sepuluh sudah dapat memimpin teman-teman seangkatan untuk menjaga lingkungan sekitar sekolah berjulukan SMA pandan. Saya dibantu oleh teman-teman yang berani, pemikir, dan mau belajar dari awal untuk bersama membangkitkan efouria peduli lingkungan di SMA 1 Balikpapan. Mereka adalah Julio, Pradit, Randy, Aidha, Rahil, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Perjalanan kami baru saja dimulai. Kendala yang paling kami sulit untuk hadapi adalah mengumpulkan teman-teman dan membagi tugas perdivisi. Saya telah mencoba berbagai usaha, namun apa daya, seleksi alam mungkin jawabannya. Dari 100 anggota yang terdaftar, pada akhirnya menurun dan terus menurun hingga kami terkadang kekurangan personil untuk melaksanakan aksi lingkunga di SMA N 1. Namun, teman-teman yang berada di belakang saya sekaligus pengurus inti dari Eco Youth memberikan semangat bagi saya untuk dapat bangkit. Sampai-sampai, kami pernah berdiskusi, mengenai penyebab teman-teman tidak mengikuti instruksi kami dengan baik. Ternyata, menurut kami mereka kurang menghormati pemimpin yang sebaya dengan mereka. Tapi kami tetap berusaha, dan yakin suatu saat usaha kami akan membuahkan hasil.



Gambar : Bersama Pengurus Green Generation SMA Negeri 1 Balikpapan

Usaha yang keras, menghantarkan saya pada sebuah penemuan yang luar biasa, dan tak terlepas dari Program Green Generation. Terpilihnya saya dan Julio, teman saya, menjadi 20 besar kompetisi Toyota Eco Youth ke 8 se Indonesia. Disana kami membawakan mahakarya kami yang kami sebut dengan “Filter Air Laut menjadi Air Tawar”. Awalnya, alat ini sangat diragukan untuk dikembangkan, sebab air laut hasil saringan bukannya tambah memenuhi syarat, melainkan semakin kotor, dan jauh dari syarat air bersih. Pada waktu itu, kami dibantu oleh Dinas Kesehatan Kota Balikpapan untuk menguji kandungan air laut yang telah disaring. Dari sana juga kami kenal dengan Pak Odam dan kawan-kawan, sehingga pada akhirnya kami dibantu merumuskan formula untuk menciptakan alat yang dapat menawarkan air laut.  Namun, alat ini sepenuhnya butuh penelitian lebih lanjut untuk dipasarkan.



Gambar : Saat Melakukan Pameran Toyota Eco Youth 8

Berawal dari kompetisi nasional. Saya mendapat banyak jaringan, dikalangan dinas BPMPPKB Balikpapan. Tentu, orang-orang yang saya kenal di dinas ini juga turut menyumbang dukungan dalam perjalanan di Green Generation kota Balikpapan. Selain itu pula, warga-warga sekolah menjadi mengenal saya semenjak perjuangan dan kerja keras yang saya lalui waktu itu.

Lembar baru dibuka kembali, Green Generation Balikpapan membuka pendaftaran pengurus baru. Saya disarankan oleh kak Pandu yang waktu itu menjadi senior di sekolah saya. Tak mau lagi mengecewakan kesempatan yang ada, saya langsung mendaftar hingga tiba waktu pelantikan. Hal yang menarik disini adalah banyak kaka-kaka yang menanyakan kepergian saya saat SMP. Dengan alasan yang logis dan sedikit menutup-nutupi alasan yang sebenarnya saya menjawab dengan lancar.

Tak menunggu waktu lama, penyakit jarang datang rapat untuk persiapan perhelatan akbar Green Generation Award 2014, kambuh kembali. Padahal, posisi saya waktu itu sebagai sekretaris Green Generation Kota. Mungkin tanpa sepengathuan saya, ada teman-teman yang tidak suka dengan keadaan saya dulu. Namun, Kegiatan penilitian, sekaligus undangan mengikuti pameran karya ke luar daerah membuat saya tak dapat mengatur waktu dengan baik.  Selang beberapa hari menuju hari H Green Generation Awards 2014, saya mencoba untuk mengikuti rapat dan diskusi persiapan. Saya merasa kecewa sekali karena tidak dapat mengikuti kegiatan rapat dari awal.

Kesendirian dan tidak memiliki teman sama sekali sangat terasa, dahulu ketika saya mengikuti rapat. Namun, rasa ingin bergabung dengan perbincangan dan bergurau bersama dihalangi oleh pesimistis kepribadian saya yang introvet, egois, dan lebih suka menyendiri.

Hari yang dtunggu telah tiba. Green Generation Awards 2014 akan berlangsung pada malamnya. Dengan meras bersalah, kedatangan saya yang baru saja tiba dari Kabupaten Tanah Grogot, langsung memboyong saya ke tempat acara tersebut pada sore harinya. Semua berdandan dengan cantik, dan tampan-tampan. Semua panitia mengenakan seragam yang sama, rambut yang tertata rapi menggunakan pomade, dan sepatu pantovel yang mereka kenakan sangat menekuk segala rasa saya terhadap persiapan yang mereka hadapi selama ini. Sungguh, niat yang mereka lakukan selama persiapan sangat besar, dan menunjukkan bahwa hari itu juga merupakan hari besar yang patut dihargai, dan diingat sepanjang sejarah Balikpapan. Penampilan saya yang hanya mengenakan baju batik apa adanya, rambut tak berklimis pomade, dan sepatu baru Rp 60.000 yang saya dapat dari Tanah Grogot. Denga mengatur settingan apa adanya menjadi settingan percaya diri apa adanya, saya beranikan diri untuk berbicara ke Ketua Panitia, teman saya Sapta, untuk meminta tugas darinya. Tak disangka ternyata semua tugas sudah cukup orang, sisa bagian ruangan penjaga piala dan piagam.

Diruang Piala dan piagam itulah sihir GG bekerja lagi. Saya dikenalkan dengan seseorang yang sampai kini saya kenal dia dengan karakternya yang khas. Dia putri, orang yang suka bercanda, setengah serius, berani, kuat, dan gampang panik jika dalam situasi mencekam, serta suka bermain sepakbola. Maka dari itu, dengan karakternya itu, kami menyebutnya dengan nama Putok. Memang keadaan di ruangan pada saat itu sangatlah mencekam, dimana tidak boleh ada orang lain mengetahui apa isi dari piala dan piagam itu sebelum diumumkan pada malam itu. Hanya kami berdua yang mengetahui isi dari piala dan piagam itu.  Mungkin karena tidak terlalu ikut campur dalam persiapan, saya menjadi tidak mengetahui apa saja yang harus dilakukan, dan kapan harus menunjukkan ekspresi wajah panik dan serius. Jadi selama dalam perhelatan, saya agak tenang, dan mencoba meredam kepanikan beberapa teman-teman di belakang panggung. Alhasil, teman-teman termasuk Putok pun menjadi lebih kalem. Pada malam itu juga sekolah saya mendapat predikat terbaik kategori SMA/SMK di Balikpapan.



Gambar : Bersama Kak Pandu usai Pelantikan dan serah terima jabatan Green Generation Balikpapan

Hari kian berlalu, dan Ketua Green Generation pada saat itu mengambil cuti untuk tidak aktif di Green Generation Balikpapan. Otomatis, pada waktu itu, jika melihat birokrasinya, sekretaris yang menjadi ketua. Ternyata benar, saya diminta menjaga teman-teman dan Green Generation Balikpapan untuk menjadi Ketua. Ketakutan untuk berbicara di depan umum tentu masih menghantui potensi diri yang saya miliki. Memimpin rapat perdana saja, saya masih ragu-ragu dan sedikit bingung bagaimana memimpin rapat dengan baik.

Program kerja baru telah disusun, wajah-wajah baru telah mengisi buku kerja Green Generation Balikapapan tahun 2015. Tibalah kabar dari presiden Green Generation Indonesia, kak Pandu. Ia menyampaikan kepada kami bahwa Balikpapan akan menjadi tuan rumah Jambore Generasi Hijau 2015. Jambore yang pertama kalinya diadakan, dan sama sekali tidak ada gambaran bagaimana tahun-tahun sebelumnya. Berbagai macam kelengkapan administrasi tempat telah kami lengkapi, peminjaman alat transportasi, hingga runtutan acara yang bertepatan pula dengan Green Generation Awards 2015.

Gambar : Bersama Panitia Jambore Generasi Hijau 2015 usai Launcing Program 2015

Momen kelas sebelas saya dipenuhi oleh GG dan GG lagi. Akhir-akhir semester bukannya mengurus akademik sekolah, melainkan sibuk dengan urusan Green Generation di luar sekolah. Sampai, teman-teman sekelas memberikan julukkan sebagai raja dispen. Urusan disepensasi menjadi mudah semenjak saya dikenalkan oleh staff tata usaha di SMA N 1 Balikpapan dan mereka sangat kuat hubungannya dengan kesuksesan Green Generation hingga saat ini. Terutama Kepala Sekolah, Bapak Imam. Saya pernah ditegur beliau karena dispensasi-dispensasi ini. Tapi saya sadar ini waktunya time management  saya terapkan. Membagi antara waktu sekolah, dengan waktu organisasi. Seringkali saya mencuri-curi waktu disaat istirahat kelas untuk mengurus Green Generation. Namun, saat pelajaran saya memang harus benar-benar serius mengikuti pelajaran tersebut.


Gambar : Bersama Ibu Ana Saat Melakukan Penilaian Green Generation Awards 2015

Persiapan Jambore Generasi Hijau tinggal hitungan hari. Hal yang paling saya ingat adalah saat surat keramaian belum mendapat tanggapan dari kepolisian, sementara tinggal hitungan hari untuk membuka Jambore Generasi Hijau di Balikpapan. Sesaat saya masih diluar sekolah pada saat mengurus administrasi Green Generation. Saya mendapati panggilan ke bagian perizinan dari kepolisian untuk menindak lanjuti surat keramaian yang kami kirimkan waktu itu. Dengan berbekal seragam PSL sekolah, saya beranikan untuk masuk sendirian ke ruangan khusus perizinan di kepolisian. Siapa yang menyangka, hari telah menunjukkan H-12 persyaratan surat izin kami belum terlengkapi. Kepanikan yang tidak biasa terjadi, saya segera menghubungi teman-teman untuk mebantu mengurus syarat perizinan yang belum lengkap. Kami bolak balik ke salah satu dinas dan kemudian ke dinas lain.

H-4 Pembukaan Jambore Generasi Hijau, saya mendapat kabar baru, bahwa surat kesehatan belum terurus dan belum dapat rekomendasi dari Dinas Kesehatan Kota. Melemaslah diri ini mendengar kabar itu, jika tidak ada surat kesehatan ini kami sama sekali tidak boleh mengadakan acara Jambore Generasi Hijau yang mengundang teman-teman dari seluruh Indonesia ke Balikpapan. Kebayang betapa sia-sianya perjuangan jika tanpa surat itu. Maka dari itu kami langsung ke Dinas Kesehatan Kota dan menanyakan alur mengurus surat itu. Hasilnya kami mendapat nomor telepon yang bisa dihubungi untuk dapat mengurus surat tersebut.

Ada dua nomor yang dapat kami hubungi disana. Siapa yang menyangka, bahwa nomor pertama dimiliki oleh bapak dokter yang sedang menangani pasiennya. Sontak, dia menjawab dengan tergesa-gesa dan langsung menutup teleponnya. Tak terbayang keadaan yang sangat mencekam diruangan itu, kami ganggu hanya karena surat itu. Nomor yang kedua kami telpon keesokan harinya, dan syukurlah ibu dokter Elis menyarankan kami untuk mengirimkan surat ke bagian atasannya dan akan dibantu mengurusnya. Hal yang tak terduga terjadi, atasan beliau sedang tidak ada di tempat, sehingga butuh beberapa hari untuk menunggu beliau. Sontak saya teringat dengan kata-kata bapak polisi yang memberikan deadline kepada kita harus di hari esoknya memberikan suratnya. Dan hal yang saya ingat kembali dari guru saya yang diucapkan untuk menenangkan saya adalah

“Kamu sudah berusaha, jalanmu tinggal sedikit lagi, tinggal kamu serahkan semua kepada yang diatas.” Ucap ibu guru tercinta di SMA.

Malamnya saya meminta teman-teman untuk berdoa sesuai dengan kepercayaannya agar esok kami mendapatkan surat kesehatan yang menjadi eksekutor acara kami. Tuhan menjawab melalui sihir GG, keesokan harinya saya mendapati SMS untuk mengambil suratnya di dokter Elis, dan sudah bisa dibawa ke kantor kepolisian untuk ditindaklanjuti. Sungguh, suatu keajaiban dari usaha yang kami kerjakan. Pagi itu juga saya bersama senior Green Generation, pembina-pembina serta fasilitator Green Generation mendatangi Kantor Kepolisian. Setelah melalui diskusi yang amat panjang, terbitlah surat izin keramaian yang dapat melancarkan acara kami.

Masalah belum berhenti sampai disitu. H-1 pada malam harinya, saya diingatkan kembali tentang bis yang akan mengangkut teman-teman jambore untuk mobilisasi. Bis yang akan digunakan esoknya, belum sama sekali mendapatkan konfirmasi dari instansi yang kami kirimkan surat. Sungguh, betapa teledornya. Alhasil, kepanikan pun memuncak, tetapi saya tak menanggapi begitu serius kepanikan itu. Sebab, selain bis ternyata masih banyak kepereluan yang perlu diurus disana, sehingga saya juga ikut turut serta ke daerah tempat teman-teman jambore menginap. Mereka menginap di Waduk Sungai Manggar. Tepatnya jika malam-malam menuju sana kita harus melewati hutan-hutan tanpa penerangan jalan. Tak jarang kami melihat yang aneh-aneh malamnya, tetapi disaat paginya ternyata hanyalah jemuran baju.

Saya membuktikan kembali apakah sihir GG benar-benar bekerja atau hanya kebetulan untuk mengurus bis. Saya mencoba melakukan seperti apa yang saya lakukan pada saat mengurus surat kesehatan. Ada hal yang masih teringat disaat saya hendak menelpon bus umum untuk menyewa transportasinya. Saya sempat dimaki dengan kata kasar lalu ditutup telepon saya. Betapa kuatnya hati ini waktu itu. Disamping itu, Kedatangan peserta tinggal hitungan jam. Sementara bus pun belum ada. Namun, tiba-tiba saya mendapatkan telepon masuk.

“Hallo mas, bis siap meluncur, mau dijemput dimana ya?” ucap seorang dengan suara tua.

Saya hendak bingung dan menananyakan dari siapakah telepon ini. Ternyata dia adalah supir bis Auri yang sempat kami kirimkan surat waktu itu. Lega rasanya mendapati kabar bahwa sudah ada bis yang dapat kami gunakan untuk teman-teman jambore. Di saat hendak berangkat ke lokasi penginapan, saya mendapati SMS dari Kak Pandu yang memberikan nomer supir bis VIP dari Pemkot Kota Balikpapan. Tambah lega rasanya dapat mendengar kabar itu. Ternyata sihir GG benar-benar bekerja.

Tibalah para peserta dengan jam kedatangan yang berbeda dari seluruh Indonesia. Disana kami bercerita, mengenal dan dikenal oleh banyak teman baru. Seru-seruan dan berdiskusi untuk menyelesaikan masalah lingkungan yang ada. Namun, perjuangan belum berhenti, masih ada malam puncak green Generation Awards 2015.

Gambar : Menanam Bambu di TPA MAnggar Balikpapan dalam rangkaian Jambore Generasi Hijau 2015

Tahun lalu, saya sempat mengintip dari balik panggung betapa bangganya bisa berbicara di depan teman-teman Green generation dari seluruh sekolah di Balikpapan. Sempat terlintas dibenak saya dulu, bagaimana jika saya yang berbicara di depan itu. Alhasil, dan tidak pernah saya bayangkan, waktu itu saya memberikan sambutan dan berhasil merangkul teman-teman untuk menyukseskan perhelatan akbar Green Generation Awards 2015. Saya juga mengenakan baju yang sama dengan panitia-panitia lain, mengklimiskan rambut dengan pomade, dan menggunakan sepatu pantovel, serta bergembira bersama di malam perhelatan itu.


Gambar: Bersama Peserta Jambore Generasi Hijau 2015

Ada rasa mumet dan rasa letih yang kami lakukan selama ini. Namun, semua terbayarkan disaat melihat betapa lancarnya acara yang telah kami susun, dan berhasil membuat sebuah momen kebersamaan menjadi momen yang tak pernah terlupakan seumur hidup kami. Saya juga tidak menyangka betapa panjang langkah kaki yang telah saya tempuh hingga menjadi seperti saat ini.

Sampai dimana Tibalah saat kami semua yang ada di Green Generation Balikpapan 2015 purna tugas dan digantikan oleh adik-adik kami yang mengampu tugas selanjutnya. Disana saya berpesan kepada adik-adik Green generation baru.


Gambar : Kampanye Gembol “Gerakan Membawa Botol Minum” yang menjadi Program Unggulan Angkatan Kadek

“walaupun kita bukan lagi pengurus Green Generation Balikpapan, tetapi kita selalu ada buat kalian”. Ujar saya kepada mereka yang baru saja dilantik pada waktu itu.

Saya pernah mendapatkan pertanyaan dari salah seorang guru saya pada waktu saya kelas 12, masa dimana saya sudah melepas semua organisasi. Beliau menanyakan sebab saya mengalami penurunan prestasi. Jawaban saya yakni

“Karena Green Generation sudah menjadi bagian dari hidup saya. Anak-anaknya yang asik yang bisa dijadikan sahabat dan teman cerita, serta mau diajak susah bareng dan terjebak dalam kesulitan bareng. Mereka tak ada penggantinya bu.” Ujar saya.

Disamping itu, di dalam hati ini berbisik sebuah kalimat

“semua yang saya kerjakan selam ini dengan kesenangan, akan ada hasilnya nanti.”

Hari kelulusan pun telah tiba, dan saya berharap sihir GG masih bekerja pada saya lagi. Pengumuman undangan saya buka, dan saya dinyatakan diterima di kampus impian saya sekarang ini berkat nilai akademis dan sertifikat dan piagam penghargaan yang saya dapat melalui Green Generation pula.

Oleh karena itu, saya berkesimpulan bahwa, Tuhan bekerja secara misterius, kita tidak tahu kapan ia datang untuk kita, tapi kita tau usaha apa yang harus kita lakukan untuk menggapai dan menikmatinya kelak. Dan semenjak saya belajar banyak di Green Generation saya sadar bahwa sihir GG selalu ada dan bekerja untuk orang yang mau berusaha.