About Me

header ads

GG ADVENTURE - Ni Putu Dhanan Kumaradewi

GG ADVENTURE

Ni Putu Dhanan Kumaradewi

(Ketua Green Generation Gianyar)

 


Halo, orang bilang “Tak kenal maka tak sayang”. Saya Ni Putu Dhanan Kumaradewi M atau yang biasa disapa Dhanan, 17 tahun dari Bali. Bersekolah di SMA Negeri 1 Gianyar. Hobi saya adalah menyanyi, menari, dan pastinya berogranisasi. Organisasi membuat saya bahagia. Organisasi membuat saya dapat mengenal orang-orang mulai dari Aceh sampai Papua. Organisasi pula yang membuat saya menjadi pribadi yang lebih baik. Kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya, semoga senang yaaa.

Saya adalah seseorang yang aktif berorganisasi sejak SMP. Mulai dari Osis SMP, Forum Anak Daerah Kabupaten, Forum Anak daerah Provinsi, hingga Forum Anak Daerah Nasional. Tapi, perjalanan saya gak berhenti sampai disana. Pada tahun 2015 terdapat seleksi Jambore Generasi Hijau (JGH) tahun 2015. “Apa sih Jambore Generasi Hijau (JGH) itu?”, itulah pertanyaan yang terlintas dalam benak saya saat itu. Sontak saja seketika saya mencari-cari informasi di internet mengenai JGH. Rasa penasaran saya pun terbayarkan. Saya menjadi sangat bersemangat untuk mengikuti seleksi Jambore Generasi Hijau (JGH) tahun 2015. Saya juga mengajak teman-teman saya di sekolah untuk turut serta berpartisipasi dalam seleksi JGH tahun 2015. Kebetulan seleksi yang dilaksanakan adalah seleksi online. Sehingga mempermudahkan kita untuk ikut berpartisipasi.

Namun, saat itu Tuhan berkata lain. Ternyata, saya belum lolos Jambore Generasi Hijau (JGH) tahun 2015. Hal ini memang merupakan sebuah pukulan yang sangat besar bagi saya. Waktu itu saya sedih banget. Akan tetapi, kesedihan saya tersebut tidak membuat saya untuk berhenti menyerah. Saya tetap bersemangat dan berharap ditahun berikutnya Tuhan memberikan saya keberuntungan.

Tahun pun berganti menjadi tahun 2016. Seleksi yang saya sangat tunggu-tunggu selama satu tahun yaitu JGH 2016. Saya dan teman-teman saya kembali mengikuti seleksi JGH 2016. Sistem yang dilaksanakan masih sama dengan JGH 2015 yaitu menggunakan sistem online. Selama beberapa minggu saya menunggu pengumuman JGH 2016 saya merasa sangat penasaran. “Apakah saya akan diberi kesempatan oleh Tuhan untuk lolos JGH 2016?”. Doa pun selalu saya panjatkan setiap hari agar saya dapat diberi kesempatan oleh tuhan untuk dapat lolos dalam JGH 2016.

Akhirnya pengumumanpun tiba. Waktu itu saya sedang berada di sekolah. Tepatnya pada jam istirahat sekolah. Seseorang teman saya “Wawan” dari Jambi mengirimkan pesan kepada saya yang berisi bahwa saya lolos dalam JGH 2016. Sebelumnya Wawan sendiri juga ikut serta dalam seleksi JGH 2016. Namun, wawan lolos kedalam waiting list. Ini sedikit sedih sih ketika mendengar wawan masuk dalam waiting list. Tapi, berita akan kelolosan saya membuat saya begitu bahagia. Kebahagiaan saya ini, saya ekspresikan dengan loncat-loncat dan lari-lari keliling kelas. Teman-teman sekelas pada kebingungan liat saya. Tidak lupa saya juga berdoa kepada Tuhan, memanjatkan rasa syukur atas karunia-Nya saya diberikan kesempatan untuk lolos dalam JGH 2016. Saya juga menghubungi orang tua saya dan memberikan kabar yang membahagiakan tersebut. Saya juga telah memasuki Group Line JGH 2016. Saya merupakan satu-satunya peserta dari Bali yang lolos dalam JGH 2016 ini. 

Namun, ternyata perjalanan saya tidak semulus yang saya fikirkan. Kali ini perjalanan saya terpaksa dibatalkan karena jadwal JGH berbenturan dengan lomba di sekolah. Dilema yang mendalam menghantui diri saya. Saya sangat berkeinginan untuk mengikuti JGH 2016 namun disisi lain saya harus mengikuti lomba di sekolah karena kegiatan ini sebelumnya telah disiapkan selama 3 bulan yang lalu. Saya pun dengan berat hati membatalkan diri menjadi peserta JGH 2016.

Ini bukanlah akhir dari cerita saya. Pada suatu malam saya berfikir tentang Green Generation. Sebelumnya saya melihat bahwa Green Generation tidak hanya ada di Bontang tapi ada juga di daerah-daerah lainnya. Lalu, saya berfikir kembali “Kenapa di Bali gak ada Green Generation ya? Apa mungkin udah ada, tapi sayanya aja ya gak tau”.

Pertanyaan yang terlintas dalam benak saya pada akhirnya terjawab juga. Pertanyaan ini terjawab 2 bulan kemudian. Tepat ketika saya sedang berada di Jakarta dalam sebuah perlombaan. Teman saya Bhayu memberi kabar saya bahwa Nabila Yasmindira (temannya Bhayu) ingin berbicara dengan saya. Akhirnya kami berbicara melalui telepon. Ternyata, Nabila Yasmindira ingin saya dan Bhayu untuk menjadi salah satu pengagas adanya Green Generation di Bali. Wow… pada awalnya saya merasa kebingungan karena jujur saja. Menjadi pengagas adanya Green Generation di Bali tersebut adalah tugas yang sangat besar dan saya masih belum yakin dengan diri saya sendiri. Saya juga belum terlalu mengerti mengenai pembentukan Green Generation. Tapi, Nabila berhasil meyakinkan saya dan Bhayu untuk menjadi pengagas Green Generation Bali.

Petualangan pun dimulai dengan bermodalkan nekat. Kami memiliki waktu 1 bulan untuk mencari anggota dan pengurus Green Generation (GG) Bali. Pada awalnya kami memilih untuk mencari 12 orang sebagai pengurus Green Generation Bali. Saya dan Bhayu menghubungi teman-teman kami yang berminat menjadi pengurus dari Green Generation Bali. Selama menghubungi teman-teman banyak yang berminat. Akan tetapi, mereka hanya sekedar berminat namun kurang memiliki kepercayaan terhadap Green Generation Bali. Maksud saya disini adalah dikarenakan Green Generation Bali adalah organisasi yang baru berdiri di Bali. Sehingga mereka terkesan kurang percaya terhadap Green Generation Bali. Selain itu juga terdapat beberapa orang yang memang ingin bekerja dan ingin menjadi salah satu bagian dari Green Generation Bali. Hingga terbentuklah kepengurusan Green Generation Bali yang terdiri dari Saya sebagai Koordinator GG Wilayah Bali, Bhayu sebagai Ketua GG-Bali, Mawariska sebagai Wakil Ketua, Fanisa sebagai Sekretaris, Dinda jelantik sebagai Bendahara, Sieny sebagai Koordinator Internal, Aris Kaya sebagai Bidang Jurnalistik dan Publikasi, Eka sebagai Bidang Penelitian dan Pengembangan, Arya sebagai Koordinator Eksternal, Tude sebagai Humas, Gozal ssebagai Koordinator SMA, dan Candra sebagai Koordinator SMP. Rata-rata kami semua berasal dari wilayah Denpasar dan Gianyar. Tapi, perbedaan jarak ini tidak membuat kami pantang menyerah.

Lalu, kami membuka pendaftaran terbuka bagi siapa saja anak SMA/SMK ataupun SMP yang ingin mendaftarkan diri menjadi anggota GG Bali. Pendaftaran terbuka ini dilaksanakan mulai tanggal 23-29 Desember 2016. Ternyata banyak yang ingin bergabung dengan Green Generation Bali. Terdapat 23 pendaftar Green Generation Bali yang kini menjadi anggota GG Bali. Pada awalnya kami hanya memperkirakan terdapat 11 pendaftar. Namun ternyata terdapat 23 pendaftar. Hal ini membuat kami dilema. Mengapa? Karena kuantitas peserta yang melebihi perkiraan kami. Terjadi perbedaan pendapat pada saat rapat online. Beberapa pengurus memillih untuk diadakannya seleksi, dan beberapa pengurus memilih untuk tidak mengadakan seleksi karena menganggap mereka yang mendaftar adalah orang-orang yang memang telah memiliki niatan untuk menjadi bagiand dari Green Generation Bali. Setelah sekian lama, akhirnya kami memilih untuk melakukan polling atau vote di group. Ternyata pengurus lebih banyak yang memilih untuk tidak mengadakan seleksi sehingga total dari keluarga Green Generation Bali saat ini adalah berjumlah 35 orang. Ya.. mungkin masih dibilang sedikit.

            Oh iya sebelumnya…. Pada suatu kegiatan saya memiliki kesempatan untuk bertemu langsung dengan Presiden Green Generation Indonesia yaitu Kak Pandu. Kegiatan yang sangat menginspirasi dengan orang-orang yang sangat hebat. Saya banyak bertanya mengenai Green Generation dengan Kak Pandu. Cerita Kak Pandu membuat saya semakin semangat untuk mengembangkan Green Generation itu sendiri. Setelah kegiatan tersebut selesai. Lalu yang selanjutnya kita lakukan adalah rapat perdana membahas program kerja. Rapat perdana ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 14 Januari 2016 di Lapangan Renon. Kami membahas program kerja yang akan kami jalankan. Progam tersebut antara lain, Kegiatan Pembersihan Pantai Biaung yang akan dilaksanakan pada tanggal 4 Februari 2016. Selanjutnya kegiatan pembersihan Lapangan Puputan Badung, dan Kegiatan Sosialisasi Green Generation di sekolah-sekolah.

Gambar : Green Generation Bali saat melakukan aksinya

 

Pertama, kami menjalankan kegiatan Pembersihan Pantai Biaung. Hal yang pertama kali dilakukan adalah meminta izin kepada Kelihan Adat, selain itu kami juga melaporkan kegiatan kami kepada Nabila selaku koordinator wilayah Jabalanus (Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara). Setelah meminta izin dan melaporkan kegiatan kami,  akhirnya kami pun menjalankan kegiatan yaitu pada tanggal 4 Februari 2016. Kegiatan ini berlangsung dari pukul 15.00 – 17.30 WITA. Meskipun dengan anggota yang sedikit, hal ini tidak menjatuhkan semangat kami demi membersihkan Pantai Biaung.

Gambar : Aksi Bersih Pantai Green Generation Bali

 

Setelah kegiatan tersebut berlangsung. Kembali kami melaporkan hasil kegiatannya kepada Nabila. Nah, sebelumnya saya sempat mengatakan bahwa tugas pertama adalah mencari anggota Green Generation Bali. Setelah terbentuknya Green Generation Bali. Nabila mengatakan kepada saya bahwa saya harus mengirimkan permohonan pembentukan Green Generation Bali kepada email yang telah diberikan kepada saya. Namun, ternyata untuk membuat SK Green Generation tidak semudah itu. Terdapat beberapa persyaratan. Salah satunya adalah kami perlu membuat program kerja. Iya.. memang benar kami telah memikirkan program kerja kami. Akan tetapi, program kerja tersebut belum kami kemas secara matang. Hal inilah yang membuat saya dilema. Saya ingin membahas program kerja ini secara matang namun, anggota Green Generation Bali yang mayoritas berasal dari Denpasar sedang melaksanakan pelatihan dasar kempemimpinan sehingga pembahasan program kerja Green Generation Bali harus diundur dulu. Saya juga banyak bertanya kepada Nabila prihal penulisan surat. Maksud saya adalah Green Generation Bali belum memiliki sekretarian yang tetap. Selama ini kami rapat di ruang umum seperti tempat makan ataupun lapangan. Selain itu juga saya banyak bertanya-tanya tentang pembuatan program kerja. Nabila memberikan banyak sekali informasi kepada saya.


Gambar : Tim Green Generation Bali usai melakukan bersih pantai

Perjalanan saya hingga sampai saat ini, sampai terbentuknya Green Generation Bali (meskipun SK nya menyusul) merupakan perjalanan yang penuh dengan lika-liku. Mulai dari seleksi JGH 2015 dimana saya belum lolos, sampai seleksi JGH 2016 yang saya lolos akan tetapi tidak dapat berangkat. Hingga akhirnya memang takdir saya tidak jauh-jauh dari Green Generation. Kini saya dan teman-teman saya lainnya membuat Green Generation Bali. Meskipun kami baru berdiri. Namun tidak ada salahnya untuk kami bermimpi menjadi Green Generation yang lebih baik kedepannya. Tentu ini merupakan sebuah proses dalam berorganisasi. Proses untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Kita semua sama-sama berproses. Saya pun sampai saat ini masih berproses. Melalui proses itulah kita dapat melihat perkembangan kita. Green Generation mampu membuat saya jatuh cinta. Inilah GG story saya. Semoga cerita saya tidak hanya sampai disini. Karena cerita saya akan terus berlanjut menjadi cerita yang penuh inspirasi. Terimakasih.